Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis
leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis
leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari
masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total
(sel/µl). Sebagai contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit
mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan ini dapat
menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh,
terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu basofil, eosinofil,
neutrofil, monosit, dan limfosit.
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat
sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May
Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga
didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%).
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam hitung jenis leukosit adalah:
-
Pilihlah sediaan yang cukup tipis
dengan persebaran leukosit yang merata.
-
Mulailah menghitung pada pinggir
atas sediaan dan berpindahlah ke arah pinggir bawah sediaan dan setelah itu
geser ke kanan kemudiaan ke arah pinggir atas lagi. Sesampai di pinggir atas
geser ke kanan lagi kemudian ke arah pinggir bawah.
-
Lakukan pengerjaan itu sampai 100
sel leukosit terhitung menurut jenisnya.
-
Selain menghitung, catatlah adanya
kelainan morfologi pada leukosit.
-
Hendaknya pelaporan
jumlah leukosit sesuai urutan yang pasti dimulai dari sel basofil, eosinofil,
neutrofil menurut stadiumnya, limfosit dan terakhir monosit.
Alat dan bahan yang
digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit sebagai berikut:
1. Obyek
glass.
2. Spreader.
3. Rak
pengecatan.
4. Mikroskop.
5. Darah vena + antikoagulan EDTA atau darah
segar (kapiler/vena, segera dibuat apusan dan dicat).
6. Cat Wright.
7. Cat Giemsa.
8. Emersi oil.
9. Alkohol
mikroskop.
Cara kerja hitung jenis
leukosit sebagai berikut:
A.
Cara membuat sediaan
apus darah tepi (SADT).
1. Pilihlah
kaca obyek yang bertepi betul-betul rata untuk digunakan sebgai "kaca penghapus"
atau boleh digunakan "spreader".
2. Letakkan satu tetes kecil darah pada +- 2-3 MM
dari ujung kaca objek di depan tetes darah.
3. Tarik
spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan gerak yang mantap doronglah spreader
sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Darah harus
habis sebelum spreader mencapai ujung lain dari kaca objek.
5. Hapusan
darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu teba;( ketebalan ini dapat diatur
dengan menggunakan sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin
besar sudut atau makin cepat menggeser, makin tipis apusan darah yang
dihasilkan).
6. Biarkan
apusan darah mengering di udara.
7. Tulis
identitas pada bagian preparat tebal ( bagian kepala).
B.
Pewarnaan Wright.
1. Letakkan
sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi
dengan larutan wright (yang mengandung methanol) selama 2 menit.
3. Tanpa
dicuci ( tidak mengandung sisa cat) tambahkan atau genangi dengan larutan buffer
phosphate sebanyak 1 1/2 dari volume wright yang tersisa.
4. Tiup-tiup
supaya homogen biarkan selama 20 menit atau 10 menit.
5. Buang
sisa cat dan cuci dengan air mengalir
6. Kering
anginkan.
7. Periksa
di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel
leukosit.
C.
Pewarnaan Giemsa.
1. Letakkan
sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi
dengan methanol selama 2 menit.
3. Buang
sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
4. Genangi
dengan larutan giemsa 1:1 selama 2 menit.
5. Buang
sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
6. Kering
anginkan.
7. Periksa
di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel
leukosit.
Ciri sediaan
yang baik sebagai berikut:
1.
Sediaan tidak melebar
samoa tepi kaca objek. Panjang 1/2 - 2/3 panjang objek glass.
2.
Mempunyai bagian yang
cukup tipis untuk diperiksa. Pada bagian ini eritrosit terletak berdekatan
tidak bertumpukan atau menggumpal atau membentuk Roleaux.
3.
Pinggir sediaan rata
dan tidak berlubang-lubang/bergaris-garis.
4.
Penyebaran leukosit
baik tidak berkumpul pada pinggir atau tepi sediaan.
Jika lebih dari
24 jam penundaan maka sel akan mengalami lisis, vakuolisasi, degranulasi,
hipersegmentasi inti dan karioreksis. Efek antikoagulan EDTA:
-bila jumlah
yang dipakai kurang maka darah membeku.
-bila jumlah
pemakaian berlebih maka akan mempengaruhi morfologi leukosit.
2.3 Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi
alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal
dalam tubuh: 0 - 1%. Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini
mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap menutup inti serta mengandung
heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan
histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil berubah menjadi sel mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan
immunoglobulin E (IgE) dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin.
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen
dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil
lebih dari 100/µl darah. Peningkatan basofil terdapat pada proses
inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil
terjadi pada penderita stress, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan
kehamilan.
2.4 Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam
alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh. Nilai normal dalam
tubuh: 1 - 3%. Sel ini mirip dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya
lebih kasar, lebih berwarana merah tua, jarang dijumpai lebih dari 3 lobus
inti. Sel ini memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respon
alergi, pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk
selama inflamasi.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil
lebih dari 300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi,
infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari
eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan
ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil
kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti
syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi pada
hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian
epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang
jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah
basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam
klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak
dijumlah basofil maupun eosinofil.
2.5 Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap
radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama
fase infeksi akut.
Sel
ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas 2-5 lobus dan sitoplasma yang
pucat dengan batas tida beraturan, mengandung banyak granula merah-biru (azurofilik)
atau kelabu - biru. Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul pada
stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan
terbanyak pada neutrofil matang. Nilai normal dalam tubuh adalah 1 – 5% untuk
neutrofil batang dan 50 – 70% untuk neutrofil segmen.
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil
lebih dari 7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri,
keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia,
nekrosia jaringan, kehilangan darah dan radang Banyak faktor yang mempengaruhi
respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman,
respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Pada anak-anak netrofilia
biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Rangsangan yang menimbulkan
netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda ke peredaran darah
dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia
ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau
respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat
dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula
yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil
kurang dari 2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat disebabkan karena
pemindahan netrofil dari peredaran darah misalnya umur netrofil yang memendek
karena penggunaan obat, gangguan pembentukan netrofil yang dapat terjadi akibat
radiasi atau obat-obatan dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya. Penurunan
jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi,
dan Iain-Iain.
2.6 Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini
berukuran kecil dan sitoplasmanya sedikit. Salah satu leukosit
yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20
- 40% dari seluruh leukosit. Limfosit adalah
sel yang kompeten secara imunologik dan membantu fagosit dalam petahanan tubuh
terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa.
Darah mempunyai tiga jenis limfosit, yaitu:
a. Sel
B.
Berfungsi membuat
antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya (sel B tidak hanya membuat
antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi setelah adanya serangan, beberapa
sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai
layanan sistem 'memori').
b. Sel
T = CD+4 (pembantu)
Berfungsi mengkoordinir
tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta penting untuk menahan
bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi
virus
c. Sel
natural killer = sel pembunuh alami
(NK, Natural Killer) dapat membunuh
sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibinuh karena
telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta
lebih dari 4000/µl darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh
infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti
tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti
leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit
kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab
limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun yang disebabkan oleh kortikosteroid
dan obat-obat sitotoksis.
2.7 Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar
dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah, terbesar dalam
sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh:
2 - 8% dari jumlah seluruh leukosit. biasanya berukuran lebih besar dari leukosit
darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau berlekuk
dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan
mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan gambaran kaca asah
(ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga sering d-glass-apperance.
granula sitoplasma juga sering dijumpai. Monosit membagi fungsi 'pembersih
vakum' (fagositosis) dari neutrofil tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas
tambahan yaitu memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen
tersebut dapat dihafal dan dibunuh atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk
menjaga.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit
lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa.
Monositosis dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus,
protozoa maupun jamur. Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan
anemia aplastik.
0 komentar:
Posting Komentar